PENGARUH
CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG HIJAU (Parseo
bulgaris)
(Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)
Oleh
Bagus Taufiq Indrianto
1304122014
PROGRAM
STUDI DIII PERKEBUNAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap makhluk hidup (organisme)
mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas. Salah satu
bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. Gerak adalah perubahan
posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh
sebagai respon yang diberikan terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat
adanya pertumbuhan.
Gerak merupakan salah satu ciri
makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan hidupnya. Gerak yang
terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan oleh hewan dan
manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif, artinya tidak memerlukan adanya
pindah tempat. Gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh rangsangan (Anonim,
2014)
Pergerakan tumbuhan merupakan suatu respon terhadap
rangsangan tertentu yang terarah atau dari arah tertentu. Tumbuhan dapat
menerima rangsangan berupa panas, zat kimia, cahaya, sentuhan, dan gravitasi.
Sedangkan responyang diberikan tumbuhan itu dapat berupa perubahan metabolisme
dan perubahan bentuk dan struktur. Gerak pada tumbuhan tingkat tinggi dapat
ditemukan dengan cara membengkok, melilit atau memanjat dari suatu organ
tumbuhan. Sedangkan pada tumbuhan tingkatr rendah, gerakan yang dapat ditemukan
ialah gerakan yang berupa suatu gerakan seluruh tubuh tumbuhan tersebut
(Junaidi, 2008).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui tentang fototropisme.
2. Mengetahui pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan tanaman..
II. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Polybag
2. Cangkul
3. Penggaris
4. Kamera
5. Benih kacang hijau
7. Tanah
8. Air
2.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut.
1.
Disiapkan 4 polybag kemudian diberi label yaitu, 2 polybeg ditempat
terang dan 2 polybag ditempat gelap.
2.
Dimasukkan tanah kedalam polybag kemudian ditanam benih kacang hijau
kedalam polybag
3.
Dipisahkan untuk 2 polybag ditempat terang dan 2 ditempat gelap kemudian
disiram
4.
Ditutup dengan kardus polybag yang berada ditempat gelap
5.
Dilakukan pengamatan pertumbuhan kacang hijau setelah 1 minggu dengan
mengukur tinggi batang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Pengamatan
Hasil yang
didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Data pertumbuhan tanaman kacang hijau pada
tempat gelap dan terang.
Sampel
|
Tinggi tanaman (cm)
|
|
tempat terang
|
tempat gelap
|
|
1
|
16
|
24
|
2
|
14,5
|
34
|
3
|
14
|
27,9
|
4
|
14,5
|
32
|
rata-rata
|
14,74
|
29,4
|
3.2
Pembahasan
Fototropisme
adalah pertumbuhan organisme sebagai respon terhadap cahaya. Hal ini paling
sering ditemukan pada tanaman, tetapi juga dapat terjadi pada organisme lain
seperti jamur.
Sel-sel pada tanaman yang terjauh dari cahaya memiliki bahan kimia yang disebut
auksin yang bereaksi ketika fototropisme terjadi. Hal ini menyebabkan tanaman
memiliki sel-sel memanjang di sisi terjauh dari cahaya. Fototropisme adalah
salah satu dari banyak tropisme
tanaman atau gerakan yang menanggapi rangsangan eksternal. Pertumbuhan menuju
sumber cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pertumbuhan jauh dari
cahaya disebut fototropisme negatif. Kebanyakan tanaman tunas menunjukkan
fototropisme positif, dan mengatur ulang kloroplas dalam daun untuk
memaksimalkan energi fotosintesis dan meningkatkan pertumbuhan. Akar biasanya
menunjukkan fototropisme negatif, walaupun gravitropisme
mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam perilaku akar dan pertumbuhan.
Beberapa ujung tanaman menjalar menunjukkan fototropisme negatif, yang
memungkinkan mereka untuk tumbuh menuju benda gelap dan padat yang kemudian
akan dijalari oleh mereka. Kombinasi atas fototropisme dan gravitropisme
memungkinkan tanaman untuk tumbuh menuju arah yang benar (Anonim, 2014)
Telaah mengenai mekanisme
fototropisme di mulai oleh percobaan yang dilakukan oleh Charles Darwin dan
putranya Francis. Percobaan dilakukan dengan menghilangkan ujung pucuk batang,
dan didapatkan hasil bahwa fototropisme tidak terjadi disebabkan hilangnya pucuk
tersebut. Begitu pula ketika ujung pucuk di lapisi bahan yang tidak dapat
ditembus cahaya. Namun, fototropisme tetap terjadi ketika seluruh bagian
tumbuhan dikuburkan ke dalam pasir hitam halus dan hanya ujung pucuk yang
berada di luar, yang menyebabkan membeloknya batang. Dari percobaan ini
dijelaskan bahwa, rangsangan (cahaya) terdeteksi pada suatu tempat (ujung
pucuk) dan responnya (pelengkungan) dilaksanakan di tempat lain (daerah
perpanjangan) (Krisdianto, 2005).
Mekanisme
fototropisme dijelaskan dari percobaan yang dilakukan oleh Boysen dan Jensen
dan disempurnakan dengan penemuan auksin oleh F.W. Went. Auksin memiliki peran
penting dalam pembelokan batang ke arah cahaya. Auksin merupakan kordinator
kimiawi yang berperan dalam pertambahan sel dan pertumbuhan. Auksin berada pada
ujung pucuk, sehingga ketika cahaya berada di atas tumbuhan, akan terjadi
distribusi auksin dari pucuk ke daerah pemanjangan secara vertikal. Namun
ketika cahaya diberikan dari salah satu sisi batang, menyebabkan distribusi auksin
secara lateral (asimetrik) dari sisi yang mendapatkan cahaya ke sisi yang
gelap. Cahaya yang paling efektif dalam merangsang fototropisme adalah cahaya
gelombang pendek, sedangkan cahaya merah tidak efektif. Di duga respon
fototropis ini ada kaitannya dengan karoten dan riboflavin, karena kombinasi
penyerapan spectrum oleh karoten dan riboflavin mirip dengan pola kerja
spektrum terhadap fototropisme (Heddy, 1996).
Ketika cahaya diberikan dari salah
satu sisi batang, menyebabkan distribusi auksin secara lateral (asimetrik) dari
sisi yang mendapatkan cahaya ke sisi yang gelap. Bagian tanaman yang tidak
disinari mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi.
Hal ini menyebabkan sisi batang yang
pada daerah gelap akan mengalami pertumbuhan sel lebih cepat, sehingga batang
seperti berbelok ke arah datangnya cahaya. Bagian tanaman yang tidak disinari
mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi.
Diperkirakan distribusi auksin yang
asimetrik, disebabkan oleh gabungan tiga mekanisme yang berbeda, yaitu:
a.
Terjadinya perusakan auksin oleh cahaya
(photodestruction) pada bagian koleoptil yang terkena cahaya.
b. Meningkatnya
sintesis auksin pada bagian koleoptil yang gelap
c. Adanya
angkutan auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya menuju ke bagian
yang gelap (Lakitan, 2007).
Dalam agama islam, ayat yang menjelaskan tentang
tanaman, salah satunya iyalah Surah Al An’am (6) : 99
وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ
كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا
وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ
وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا
إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ
Terjemahan ayat :
“Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan menjadi
masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman”.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Fototropisme
adalah pertumbuhan organisme sebagai respon terhadap cahaya. Pertumbuhan menuju
sumber cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pertumbuhan jauh dari
cahaya disebut fototropisme negatif.
2. Bagian tanaman yang tidak disinari
mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi dan
menyebabkan
sisi batang yang pada daerah gelap akan mengalami pertumbuhan sel lebih cepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2014. Fototropisme. http//www.id.wikiedia.org/fototropisme.
Diakses pada
19 November 2014
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Junaidi,
Wawan. 2008. Pengaruh Auksin Terhadap
Pemanjangan Jaringan. Erlangga. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1. Tanamn kacang hijau yang
ditanam pada kondisi terang
Gambar 2. Tanaman kacang hijau yang
ditanam dalam kondisi gelap
Gambar 3. Tanaman kacang hijau pada
kondisi terang dan gelap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar