Selasa, 01 Desember 2015

Pembibitan Tanaman Karet Dimaling kumrozi




PEMBIBITAN TANAMAN KARET
(Laporan Pembibitan tanaman karet))




Oleh
Bagus Taufiq Indrianto
1304122014





                                                                                 




PROGRAM STUDI D III PERKEBUNAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014







I.  PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang


Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Budidaya tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan bagian dari sub sektor perkebunan yang merupakan salah satu budidaya yang strategis mengingat mudahnya tanaman tersebut tumbuh subur di negara kita dan merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional maupun nasional. Karet merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di Indonesia karena banyak menunjang perokonomian negara yaitu sebagai bahan yang diekspor dan menjadi sumber devisa negara (Anonim. 2014).

Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen . Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan  baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang  baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. Luas areal  perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara (Anwar, 2001)
Tanaman karet yang diharapkan tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Bahan tanaman karet juga perlu diperhatikan. Bahan tanaman tersebut adalah batang bawah (root stoc), entres atau batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) (Damanik et al 2010).

Persiapan batang bawah adalah suatu kegiatan agar diperoleh bibit yang perakarannya kuat dan daya serap hara yang baik. Persiapan batang atas dilakuan dengan memilih klon karet yang sesuai rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai propinsi. Lahan khusus klon-klon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas sebaiknya dimiliki oleh setiap perkebunan karet untuk mempermudah kegiatan okulasi (Balai Penelitian Sembawa, 2010).

Penanaman karet dilakukan dengan memungut bibit karet hasil persilangan alami yang berkecambah di sekitar tanaman karet. Benih yang telah berkecambah disebut ‘kongkoak’ (Sunda). Selain dengan ‘kongkoak’, bibit batang bawah juga dapat disiapkan langsung dengan menanam benih di dalam polybag, yang disebut dengan istilah ‘tabela’, tanam benih langsung. Pengembangan ‘tabela’ dimaksudkan untuk mempermudah pekaerjaan penyiapan batang bawah dan bibit, serta dapat mengurangi biaya penyediaan bibit. Cara yang digunakan untuk menghasilkan bibit unggul karet melalui okulasi selain penyediaan batang bawah perlu ditanam klon-klon unggul sebagai penghasil mata tunas (entres) di kebun entres. Klon unggul ini ditanam terpisah dengan kebun produksi dengan identitas yang jelas dari tiap klon yang dijadikan mata tunas.  

Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian,  peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan secara optimal (Anwar, 2001)
1.2 Tujuan


Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.     Mengetahui tekik pembibitan karet.
2.     Mengetahui cara mengokulasi tanaman karet.
3.     Mengetahui cara menghasilkan bibit yang baik.








II.  METODOLOGI



2.1 Alat dan Bahan


2.1.1  Pembibitan Langsung polybag (PLP)

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi cangkul, polybag, ayakan, sayler, gunting dan penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi benih karet, tanah dan air.

2.1.2  Okulasi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pisau okulasi, kain lap, asahan, plastik okulasi, gergaji, asahan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi batang atas dan batang bawah.

2.1.3  Pemeliharaan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi cangkul, koret, sabit, gembor, gunting stek, cutter dan asahan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi air dan pupuk NPK 16:16:16.


2.2 Prosedur Kerja


2.2.1  Pembibitan Langsung polybag (PLP)


1. Tanah diayak dengan ayakan yang ukuran diameter lubangnya 0,5 cm.
2. Polybag dimodifikasi dengan ukuran 41 cm x 28 cm.
3. Polybag diisi dengan tanah lolos ayakan 0,5 cm, pengisian bertahap dengan diisi 1/3 bagian kemudian dipadatkan, hingga polybag terisi penuh dengan tanah.
4. Disemai benih yang telah diseleksi dengan jumlah 3 benih per polybag.
5. Benih yang telah disemai kemudian dipelihara hingga siap diokulasi.


2.2.2  Okulasi


1.  Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.  Dipilih batang bawah yang telah dorman dan siap untuk diokulasi.
3.  Dibuat jendela okulasi dengan dibuat dua irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5-7 cm dan lebar 1/3 lilit batang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah.
4.  Dipilih mata prima yang tidak rusak dan kulit kayu disekitar mata tidak memar.
5.  Dilakukan pembuatan prisai entres dengan cara dibuat irisan vertikal yang sejajar menggunakan pisau okulasi yang tajam.
6. Kemudian, buat irisan horizontal pada bagan ujung garis vertikal, ambil prisai entres dengan hati hati, pastikan terdapat benjolan pada bagian mata tunas dan jangan sampai prisai entres terkena tangan.
7.  Dibuka jendela okulasi yang telah dibuat pada batang bawah.
8.  Ditempelkan prisai entres ke dalam jendela okulasi dengan posisi mata tunas berada di atas bekas tangkai daun, hingga seluruh perisai berada di dalam jendela okulasi.
9.  Ditutup kembali jendela okulasi dan lilit dengan plastik okulasi untuk menjaga jendela melekat rapat dan tidak ada celah yang menyebabkan prisai entres bisa kering dan ati atau diasuki air yang bisa menyebabkan prisai entres terserang penyakit.
10.Setelah 2 minggu diamati apakah okulasi berhasil atau gagal dengan mencongkel bagian prisai okulasi (bukan mata tunas), Jika berwarna hijau okulasi berhasil dan jika berwarna coklat okulasi gagal.



2.2.3  Perawatan


1.  Gulma disekitar tanaman dibersihkan.
2.  Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
3.  Pemupukan dilakukan dengan pembuatan parit dengan jarak 10 cm untuk batang bawah, 20 cm untuk kebun entres, diberikan pupuk dengan dosis yang sesuai Kemudian ditimbun dan disiram.
4.  Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi lapang, dapat dilakukan secara mekanik atau manual.
5.  pewiwilan dilakukan dengan membuang semua tunas palsu yang tumbuh menggunakan gunting stek.






III.  PEMBAHASAN



3.1 Pembibitan Langsung Polybag (PLP)


Salah satu tujuan dari pembibitan langsung polybag (PLP) yaitu untuk menyiapkan batang bawah Pembibitan batang bawah dapat dilakukan dengan cara menyemai di polybag yang terus dipelihara sampai dapat diokulasi, kemudian dilakukan pemotongan batang agar mata okulasi tumbuh sehingga didapatkan bibit okulasi di polybag.
.

Dalam praktikum yang dilakukan, Hal pertama yang dilakukan yaitu polybag dimodifikasi . Karena ukuran polybag belum sesuai dengan ukuran polybag untuk pembibitan langsung polybag (PLP) yang semestinya. Ukuran polybag yang akan digunakan yaitu 41 cm x 28 cm. Sedangkan polybag yang baru dibeli ukurannya lebih besar sehingga perlu dilakukan modifikasi terlebih dahulu.

Setelah polybag dimodifikasi kemudian dilakukan pengisian tanah kedalam polybag, tahah yang digunakan yaitu tanah hasil ayakan. Cara pengisiannya yaitu dengan mengiisi 1/3 bagian polybag, lalu padatkan. Selanjutnya diisi dengan tanah lagisebanyak 1/3 polybag kemudian dipadatkan kembali. Kemudian diisi dengan tanah kembali hingga penuh. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi patah pinggang pada polybag. Polybag yang diisi dengan tanah disusun di blok pembbitan dalam barisan 2 polybag dengan jarak antar barisan 80 cm.

Kemudian dilakukan penyemaian benih. Benih yang digunakan untuk batang bawah harus memiliki sifat perakaran yang kuat dan tahan penyakit. Benih yang disemai harus benih yang berumur kurang dari tiga hari, meliki daya lenting yang tinggi dan bebas dari penyakit. Setelah benih disemai kemudian dilakukan perawatan, yaitu dengan cara penyiraman tanaman, penyiangan gulma, pemupupuk, dan penunasan. Hal ini bertujuan agar batang bawah yang dihasilkan bermutu dan dapat tumbuh dengan baik. Setelah batang bawah siap untuk diokulasi, kemudian bibit diokulasi.

Keunggulan dari pembibitan langsung polibag ini yaitu lahan bibitan yang digunakan relatif lebih sedikit dan perakaran bibit karet relatif sedikit terganggu karena tidak perlu dilakkukan pembongkaran bibit untuk memperoleh stump mata tidur. Dengan demikian pertumbuhan bibit polybag setelah serong (pemotongan batang agar mata okulasi tumbuh) akan akan lebih cepat serta mengurangi resiko terinfeksi jamur akar putih (JAP).

Kelemahan pembibitan langsung polybag yaitu pertumbuhan batang bawah relatif terhambat karena medium perakaran terbatas dan jarak polybag yang rapat. Akibatnya pertumbuhan lilit batag juga lambat untuk siap diokulasi. Pelaksanaan okulasi relatif lebih sulit karena penyusunan polybag yang rapat. Jarak polybag yang rapat juga dapat meningkatkan keterjadian serangan penyakit karena kondisi yang lembab, pada umumnya patogen lebih sering berada pada tempat yang kelebabannya relatif tinggi.

Pembibitan karet okulasi langsung di polybag masih memerlukan pengembangan untuk meningkatkan keberhasilan pembibitan. Polybag yang diisi dengan tanah disusun di blok pembbitan dalam barisan 2 polybag dengan jarak antar barisan 80 cm. Jarak antar barisan polybag perlu ditingkatkan agar teknis okulasi lebih mudah dan intensitas cahaya matahari yang masih dapat ditammbah sehingga mempercepat pertumbuhan lilit batang serta kelembaban dapat dikurangi. Kelembaban dan suhu udara yang tinggi di tengah pembibitan dapat meningkatkan serangan jamur pada daun dan infeksi jamur pada okulasi (Balai Penelitian Sembawa 2010).



3.1  Okulasi


Okulasi adalah kegiatan mata tunas batang atas dari suatu klon unggul yang ditempelkan pada bibit batang bawah asal biji. Dengan cara ini maka akan diperoleh bibit klonal dengan sifat uunggul yang sama dengan induknya. Karena okulasi termasuk kedalam perbanyakan secara vegetatif yatu perbanyakan secara aseksual. Sehingga terjadi pembelahan sel secara mitosis, pembelahan sel secara mitosis hanya terjadi pada sel somatis (Semua sel selain sel kelamin)
(Anonim, 2014).

Sifat untuk batang bawah yang harus dimiliki yaitu perakaran kuat dan tahan terhadap serangan penyakit. Contoh klon yang dianjurkn untuk batang bawah yaitu, Klon GT 1, Avros 2037, LBC 1320, PR 228, PR 300, BPM 24, RRIC 100.. Sedangkan untuk tanaman batang atas sifat yang harus dimiliki yaitu produksinya tinggi dan tahan penyakit. Klon anjuran untuk batang atas yaitu, BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260 (Balai Penelitian Sembawa, 2010).

Ada 3 jenis mata entres yaitu mata prima, mata sisik dan mata burung. Mata prima yaitu mata tunas yang tubuh di atas bekas rontoknya tangkai daun yang bukan daun payung. Mata sisik yaitu mata tunas yang tumbuhnya di atas bekas rontoknya tangkai daun payung. Sedangkan mata burung adalah mata tunas yyang tumbuh tidak terlalu menonjol dan tidak di atas bekas rontoknya tangkai daun. Untuk mata tunas yang paling baik untuk digunakan dalam pelaksanaan okulasi yaitu mata prima, karena diantara semua mata entres mata primalah yang memiliki persentase keberhasilan paling besar.  

Okulasi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk memperoleh bibit unggul pada usaha perkebunan karet. Juvenilitas antara batang atas dan batang bawah harus sama. Juvenilitas batang atas dipertahankan dengan terus dilakukan peangkasan pohon entres dekat permukaan tanah agar dihasilkan tunas tunas juvenil dan tunas dipanen sebagai suber ata entres sebelum mmenjadi dewasa. Tunas juvenil dicirikan oleh pertumbuhan yang lurus dan belum memmbentuk cabang. Ketika dewasa tunas ini akan bercabang dan berbunga. Cabang entres dipanen sekitar 1tahun (Balai Penelitian Sembawa, 2010).

Perbedaan umur antara batang bawah dan batang atas tidak boleh terlalu jauh. Batang bawah berasal dari biji sehingga sifat juvenil yang kuat dimiliki yaitu tumbuh lurus, meruncing, belu menghasilkan cabang. Semakin dekat dengan leher akar, juvenilitas semakin kuat. Okulasi pada batang bawah dilakukan dekat dengan permukaan tanah agar pertumbuhan tunas okulasi kuat dan mengikuti karakter juvenilitas batang bawah. Diharapkan mata tunas okulasi tumbuh lurus, bidang sadap mulus, dan bercabang pada ketinggian 2,5 m – 3 m.

Okulasi janga dilakukan ketika batang bawah sedang dalam pertumbuhan payung muda. Ketika pertumbuhan payung batang bawah sedang dorman adalah saat yang tepat dilakukan okulasi dan saat yang terbaik adalah ketika daun payung sudah berkembang penuh dan berwarna hijau. Saat payung dorman, kulit lebih mudah dibuka, dan fotosintat tersedia agar pertumbuhan kalus okulasi dapat terdorong sehingga keberhasilan okulasi akan tinggi. Pemupukan batang bawah dihentikan satu bulan sebelu okulasi. Berdasarkan umur batang bawah dan batang atas, okulasi debedakan menjadi 3 yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga cara okulasi tersebut tingkat keberhasilannya relatif sama.

Keberhasilan okulasi lebih ditentukan oleh keadaan pertumbuhan batang bawah dan batang atas, keterampilan okulator dan keadaan lingkungan saat okulasi. Saat yang tepat untuk pelaksanaan okulasi yaitu pada akhir musim kemarau atau awal penghujan. Pelaksanaan okulasi dilakukan pada pegi atau sore hari. Karena apabila dilakukan pada siang hari mata entres dan kulit okulasi akan mudah mengering (Balai Penelitian Sembawa, 2010).


3.3 Pemeliharaan


Pemeliharaan tanaman dilakuakan agar tercipta kondisi tanaman menjadi lebih baik, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa langkah dalam pemeliharaan tanaman yang baik.

3.3.1  Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual atau dengan herbisida. Penyiangan gulma secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau koret. Gulma di sekitar tanaman dibersihkan agar tidak terjadi persaingan dalam proses pertumbuhan.

3.3.2  Penyiraman

Penyiraman dilakukan jika tidak ada hujan. Terutama sampai tanaman berumur 2 bulan setelah tanam. Pernyiraman dilakukan agar kabutuhan air yang akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman tercukupi. Biasanya penyiraman juga dilakukan setelah tanaman dipupuk. Tujuannya agar pupuk terlarut dan dapat diserap oleh tanaman.

3.3.3  Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang bagus. Pupuk NPK (16:16:16) diberikan dengan dosis 10 g/pohon pada umur 1-3 bulan dan 20 g/pohon umur 4 bulan keatas.

3.3.4  Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian dapat dilakukan secara manual atau secara kimia menggunakan pestisida.

3.3.4  Pewiwilan

Pewiwilan adalah kegiatan membuang semua tunas (tunas palsu) yang tumbuh bukan pada mata entres yang ditempelkan saat okulasi. Pewiwilan dapat dilakukan 1 bulan sekali (Balai Penelitian Sebawa, 2010) .








IV.  KESIMPULAN


Kesimpulan yang dapat diambil yaitu.

1.  Pembibitan karet dapat dilakukan dengan cara pembibitan langsung polybag (PLP) dan pembibitan lapangan.
2.  Pengokulasian dilakukan dengan cara menempelkan mata tunas batang atas dari suatu klon unggul pada bibit batang bawah asal biji.
3.  Bibit tanaman karet yang baik dapat dihasilkan dari tanaman karet hasil okulasi. Namun perawatan juga perlu untuk meningkatkan mutu tanaman.









DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2014. Karet. http://id.wikipedia.org/wiki/karet. Diakses pada 18-12-
                 2014.

Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat penelitian Karet: Medan.

Balit Sembawa. 2010.  Sapta Bina Usaha Tani Karet.  Pusat Penelitian Karet.  Balai Penelitian Sembawa : Sumsel.

Damanik S, M. Syakir, Made Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet.  Pusat Penelitian dan  Pengembangan Perkebunan: Bogor.

















LAMPIRAN

Rabu, 25 Februari 2015

COC Itu Memang Proxy War




 Gambar COC Th 8

Sebuah Proxy war atau Perang proksi adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan, dan tentara bayaran pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Perang Proksi juga telah berjuang bersama konflik skala penuh. Hal ini hampir mustahil untuk memiliki perang proksi yang murni, sebagai kelompok berjuang untuk bangsa tertentu biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari orang-orang dari patron mereka. Biasanya perang proksi berfungsi terbaik selama perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik bersenjata antara setidaknya dua pihak yang berperang sambil terus perang dingin. (Anonim 2015)

 Kerasa banget gan efek dari game ini buat gua, banyak waktu kebuang hanya untuk Farming, karena Fokus Up grade. Akibat waktu yang kebuang, banyak tugas yang terlantar. Game ini kayanya dibuat memang untuk ngancurin mental para pemainnya. Buat Owner dari game tersebut jadi males. Maen COC sih gapapa, asal bisa atur waktu aja. Inget Gan yangterpenting Bisa atur waktu, jangan kaya The Black Yasa. ip turun gara gara COC,  Nick gua di COC lVxZlSuguslLpG. Gua Co leader di clan Garuda Ja_Ya. Salam kenal wkwkw. harusnya perkenalan kan di awal. Iikok malah di akhir, hedeeh, efek COC nih kayanya. Ok, saran gua buat agan-agan, yang penting bisa pinter-pinter atur waktu aja deh.  

Sabtu, 13 Desember 2014

Laporan Fototropisme (Pengaruh Cahaya) Pada Kacang Hijau







PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG HIJAU (Parseo bulgaris)
(Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)



Oleh
Bagus Taufiq Indrianto
1304122014












PROGRAM STUDI DIII PERKEBUNAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014






I.  PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang


Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas. Salah satu bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. Gerak adalah perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh sebagai respon yang diberikan terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan.
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan oleh hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif, artinya tidak memerlukan adanya pindah tempat. Gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh rangsangan (Anonim, 2014)

Pergerakan tumbuhan merupakan suatu respon terhadap rangsangan tertentu yang terarah atau dari arah tertentu. Tumbuhan dapat menerima rangsangan berupa panas, zat kimia, cahaya, sentuhan, dan gravitasi. Sedangkan responyang diberikan tumbuhan itu dapat berupa perubahan metabolisme dan perubahan bentuk dan struktur. Gerak pada tumbuhan tingkat tinggi dapat ditemukan dengan cara membengkok, melilit atau memanjat dari suatu organ tumbuhan. Sedangkan pada tumbuhan tingkatr rendah, gerakan yang dapat ditemukan ialah gerakan yang berupa suatu gerakan seluruh tubuh tumbuhan tersebut (Junaidi, 2008).


1.2  Tujuan


Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1  Mengetahui tentang fototropisme.
2.  Mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman..







II.  METODOLOGI



2.1  Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.  Polybag
2.  Cangkul
3.  Penggaris
4.  Kamera
5.  Benih kacang hijau
7.  Tanah
8. Air


2.2  Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.  Disiapkan 4 polybag kemudian diberi label yaitu, 2 polybeg ditempat terang dan 2 polybag ditempat gelap.
2.  Dimasukkan tanah kedalam polybag kemudian ditanam benih kacang hijau kedalam polybag
3.  Dipisahkan untuk 2 polybag ditempat terang dan 2 ditempat gelap kemudian disiram
4.  Ditutup dengan kardus polybag yang berada ditempat gelap
5.  Dilakukan pengamatan pertumbuhan kacang hijau setelah 1 minggu dengan mengukur tinggi batang








III.  HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1.  Hasil Pengamatan


Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


Tabel 1.  Data pertumbuhan tanaman kacang hijau pada tempat gelap dan terang.


Sampel
Tinggi tanaman (cm)
tempat terang
tempat gelap
1
16
24
2
14,5
34
3
14
 27,9
4
14,5
32
rata-rata
14,74
29,4




3.2  Pembahasan


Fototropisme adalah pertumbuhan organisme sebagai respon terhadap cahaya. Hal ini paling sering ditemukan pada tanaman, tetapi juga dapat terjadi pada organisme lain seperti jamur. Sel-sel pada tanaman yang terjauh dari cahaya memiliki bahan kimia yang disebut auksin yang bereaksi ketika fototropisme terjadi. Hal ini menyebabkan tanaman memiliki sel-sel memanjang di sisi terjauh dari cahaya. Fototropisme adalah salah satu dari banyak tropisme tanaman atau gerakan yang menanggapi rangsangan eksternal. Pertumbuhan menuju sumber cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pertumbuhan jauh dari cahaya disebut fototropisme negatif. Kebanyakan tanaman tunas menunjukkan fototropisme positif, dan mengatur ulang kloroplas dalam daun untuk memaksimalkan energi fotosintesis dan meningkatkan pertumbuhan. Akar biasanya menunjukkan fototropisme negatif, walaupun gravitropisme mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam perilaku akar dan pertumbuhan. Beberapa ujung tanaman menjalar menunjukkan fototropisme negatif, yang memungkinkan mereka untuk tumbuh menuju benda gelap dan padat yang kemudian akan dijalari oleh mereka. Kombinasi atas fototropisme dan gravitropisme memungkinkan tanaman untuk tumbuh menuju arah yang benar (Anonim, 2014)
Telaah mengenai mekanisme fototropisme di mulai oleh percobaan yang dilakukan oleh Charles Darwin dan putranya Francis. Percobaan dilakukan dengan menghilangkan ujung pucuk batang, dan didapatkan hasil bahwa fototropisme tidak terjadi disebabkan hilangnya pucuk tersebut. Begitu pula ketika ujung pucuk di lapisi bahan yang tidak dapat ditembus cahaya. Namun, fototropisme tetap terjadi ketika seluruh bagian tumbuhan dikuburkan ke dalam pasir hitam halus dan hanya ujung pucuk yang berada di luar, yang menyebabkan membeloknya batang. Dari percobaan ini dijelaskan bahwa, rangsangan (cahaya) terdeteksi pada suatu tempat (ujung pucuk) dan responnya (pelengkungan) dilaksanakan di tempat lain (daerah perpanjangan) (Krisdianto, 2005).

Mekanisme fototropisme dijelaskan dari percobaan yang dilakukan oleh Boysen dan Jensen dan disempurnakan dengan penemuan auksin oleh F.W. Went. Auksin memiliki peran penting dalam pembelokan batang ke arah cahaya. Auksin merupakan kordinator kimiawi yang berperan dalam pertambahan sel dan pertumbuhan. Auksin berada pada ujung pucuk, sehingga ketika cahaya berada di atas tumbuhan, akan terjadi distribusi auksin dari pucuk ke daerah pemanjangan secara vertikal. Namun ketika cahaya diberikan dari salah satu sisi batang, menyebabkan distribusi auksin secara lateral (asimetrik) dari sisi yang mendapatkan cahaya ke sisi yang gelap. Cahaya yang paling efektif dalam merangsang fototropisme adalah cahaya gelombang pendek, sedangkan cahaya merah tidak efektif. Di duga respon fototropis ini ada kaitannya dengan karoten dan riboflavin, karena kombinasi penyerapan spectrum oleh karoten dan riboflavin mirip dengan pola kerja spektrum terhadap fototropisme (Heddy, 1996).

Ketika cahaya diberikan dari salah satu sisi batang, menyebabkan distribusi auksin secara lateral (asimetrik) dari sisi yang mendapatkan cahaya ke sisi yang gelap. Bagian tanaman yang tidak disinari mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi.
Hal ini menyebabkan sisi batang yang pada daerah gelap akan mengalami pertumbuhan sel lebih cepat, sehingga batang seperti berbelok ke arah datangnya cahaya. Bagian tanaman yang tidak disinari mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi.
Diperkirakan distribusi auksin yang asimetrik, disebabkan oleh gabungan tiga mekanisme yang berbeda, yaitu:
a.    Terjadinya perusakan auksin oleh cahaya (photodestruction) pada bagian koleoptil yang terkena cahaya.
b.    Meningkatnya sintesis auksin pada bagian koleoptil yang gelap
c.    Adanya angkutan auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya menuju ke bagian yang gelap (Lakitan, 2007).

Dalam agama islam, ayat yang menjelaskan tentang tanaman, salah satunya iyalah Surah Al An’am (6) : 99
وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Terjemahan ayat :
“Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.






KESIMPULAN


Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.  Fototropisme adalah pertumbuhan organisme sebagai respon terhadap cahaya. Pertumbuhan menuju sumber cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pertumbuhan jauh dari cahaya disebut fototropisme negatif.

2.  Bagian tanaman yang tidak disinari mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi dan
menyebabkan sisi batang yang pada daerah gelap akan mengalami pertumbuhan sel lebih cepat.








DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 2014. Fototropisme. http//www.id.wikiedia.org/fototropisme. Diakses pada
            19 November 2014

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Junaidi, Wawan. 2008. Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan. Erlangga. Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
























LAMPIRAN




Gambar 1. Tanamn kacang hijau yang ditanam pada kondisi terang


Gambar 2. Tanaman kacang hijau yang ditanam dalam kondisi gelap


Gambar 3. Tanaman kacang hijau pada kondisi terang dan gelap