PEMBIBITAN TANAMAN KARET
(Laporan Pembibitan tanaman karet))
Oleh
Bagus Taufiq Indrianto
1304122014

PROGRAM STUDI D III PERKEBUNAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili
Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun
hapea. Budidaya tanaman karet
(Hevea brasiliensis) merupakan bagian dari sub sektor perkebunan yang
merupakan salah satu budidaya yang strategis mengingat mudahnya tanaman
tersebut tumbuh subur di negara kita dan merupakan salah satu komoditi
pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional maupun nasional. Karet
merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di Indonesia karena banyak
menunjang perokonomian negara yaitu sebagai bahan yang diekspor dan menjadi
sumber devisa negara (Anonim. 2014).
Upaya peningkatan
produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi
budidaya dan pasca panen . Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik
dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat
tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet
ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman
akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan
produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan,
terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di
Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. Luas
areal perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta
hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan
hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara
(Anwar, 2001)
Tanaman karet yang
diharapkan tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu
diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Bahan tanaman karet juga perlu diperhatikan. Bahan tanaman tersebut
adalah batang bawah (root stoc), entres atau batang atas (budwood),
dan okulasi (grafting) (Damanik et al 2010).
Persiapan batang bawah
adalah suatu kegiatan agar diperoleh bibit yang perakarannya kuat dan daya
serap hara yang baik. Persiapan batang atas dilakuan dengan memilih klon karet
yang sesuai rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai propinsi. Lahan
khusus klon-klon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas sebaiknya
dimiliki oleh setiap perkebunan karet untuk mempermudah kegiatan okulasi (Balai
Penelitian Sembawa, 2010).
Penanaman karet
dilakukan dengan memungut bibit karet hasil persilangan alami yang berkecambah
di sekitar tanaman karet. Benih yang telah berkecambah disebut ‘kongkoak’
(Sunda). Selain dengan ‘kongkoak’, bibit batang bawah juga dapat disiapkan
langsung dengan menanam benih di dalam polybag, yang disebut dengan istilah
‘tabela’, tanam benih langsung. Pengembangan ‘tabela’ dimaksudkan untuk mempermudah
pekaerjaan penyiapan batang bawah dan bibit, serta dapat mengurangi biaya
penyediaan bibit. Cara yang digunakan untuk menghasilkan bibit unggul karet
melalui okulasi selain penyediaan batang bawah perlu ditanam klon-klon unggul
sebagai penghasil mata tunas (entres) di kebun entres. Klon unggul ini ditanam
terpisah dengan kebun produksi dengan identitas yang jelas dari tiap klon yang
dijadikan mata tunas.
Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet Indonesia adalah rendahnya
produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet
rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian,
peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia
masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya
dapat ditingkatkan secara optimal (Anwar, 2001)
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tekik
pembibitan karet.
2. Mengetahui cara
mengokulasi tanaman karet.
3. Mengetahui cara menghasilkan bibit yang baik.
II. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Pembibitan Langsung polybag (PLP)
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi cangkul, polybag, ayakan,
sayler, gunting dan penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini meliputi benih karet, tanah dan air.
2.1.2 Okulasi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pisau okulasi, kain
lap, asahan, plastik okulasi, gergaji, asahan. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum ini meliputi batang atas dan batang bawah.
2.1.3 Pemeliharaan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi cangkul, koret,
sabit, gembor, gunting stek, cutter dan asahan. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum ini meliputi air dan pupuk NPK 16:16:16.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Pembibitan Langsung polybag (PLP)
1. Tanah diayak dengan ayakan yang ukuran diameter lubangnya 0,5 cm.
2. Polybag dimodifikasi dengan ukuran 41 cm x 28 cm.
3.
Polybag diisi dengan tanah lolos ayakan 0,5 cm, pengisian bertahap dengan diisi
1/3 bagian kemudian dipadatkan, hingga polybag terisi penuh dengan tanah.
4.
Disemai benih yang telah diseleksi dengan jumlah 3 benih per polybag.
5.
Benih yang telah disemai kemudian dipelihara hingga siap diokulasi.
2.2.2 Okulasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipilih batang bawah yang telah dorman dan
siap untuk diokulasi.
3. Dibuat jendela okulasi dengan dibuat dua
irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5-7 cm dan lebar 1/3 lilit batang
pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah.
4. Dipilih mata prima yang tidak rusak dan kulit
kayu disekitar mata tidak memar.
5. Dilakukan pembuatan prisai entres dengan cara
dibuat irisan vertikal yang sejajar menggunakan pisau okulasi yang tajam.
6.
Kemudian, buat irisan horizontal pada
bagan ujung garis vertikal, ambil prisai entres dengan hati hati, pastikan
terdapat benjolan pada bagian mata tunas dan jangan sampai prisai entres terkena
tangan.
7. Dibuka jendela okulasi yang
telah dibuat pada batang bawah.
8. Ditempelkan prisai entres ke
dalam jendela okulasi dengan posisi mata tunas berada di atas bekas tangkai
daun, hingga seluruh perisai berada di dalam jendela okulasi.
9. Ditutup kembali jendela okulasi
dan lilit dengan plastik okulasi untuk menjaga jendela melekat rapat dan tidak
ada celah yang menyebabkan prisai entres bisa kering dan ati atau diasuki air
yang bisa menyebabkan prisai entres terserang penyakit.
10.Setelah 2 minggu diamati apakah okulasi berhasil atau gagal dengan
mencongkel bagian prisai okulasi (bukan mata tunas), Jika berwarna hijau
okulasi berhasil dan jika berwarna coklat okulasi gagal.
2.2.3 Perawatan
1. Gulma disekitar tanaman
dibersihkan.
2. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor.
3. Pemupukan dilakukan dengan
pembuatan parit dengan jarak 10 cm untuk batang bawah, 20 cm untuk kebun
entres, diberikan pupuk dengan dosis yang sesuai Kemudian ditimbun dan disiram.
4. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan sesuai dengan kondisi lapang, dapat dilakukan secara mekanik atau
manual.
5. pewiwilan dilakukan dengan
membuang semua tunas palsu yang tumbuh menggunakan gunting stek.
III. PEMBAHASAN
3.1 Pembibitan Langsung Polybag
(PLP)
Salah satu tujuan dari pembibitan langsung polybag (PLP) yaitu untuk
menyiapkan batang bawah Pembibitan batang bawah dapat dilakukan dengan cara
menyemai di polybag yang terus dipelihara sampai dapat diokulasi, kemudian
dilakukan pemotongan batang agar mata okulasi tumbuh sehingga didapatkan bibit
okulasi di polybag.
.
Dalam praktikum yang dilakukan, Hal pertama yang dilakukan yaitu polybag
dimodifikasi . Karena ukuran polybag belum sesuai dengan ukuran polybag untuk
pembibitan langsung polybag (PLP) yang semestinya. Ukuran polybag yang akan
digunakan yaitu 41 cm x 28 cm. Sedangkan polybag yang baru dibeli ukurannya
lebih besar sehingga perlu dilakukan modifikasi terlebih dahulu.
Setelah polybag dimodifikasi kemudian dilakukan pengisian tanah kedalam
polybag, tahah yang digunakan yaitu tanah hasil ayakan. Cara pengisiannya yaitu
dengan mengiisi 1/3 bagian polybag, lalu padatkan. Selanjutnya diisi dengan
tanah lagisebanyak 1/3 polybag kemudian dipadatkan kembali. Kemudian diisi
dengan tanah kembali hingga penuh. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi patah
pinggang pada polybag. Polybag yang diisi dengan tanah disusun di blok
pembbitan dalam barisan 2 polybag dengan jarak antar barisan 80 cm.
Kemudian dilakukan penyemaian benih. Benih yang digunakan untuk batang
bawah harus memiliki sifat perakaran yang kuat dan tahan penyakit. Benih yang
disemai harus benih yang berumur kurang dari tiga hari, meliki daya lenting
yang tinggi dan bebas dari penyakit. Setelah benih disemai kemudian dilakukan
perawatan, yaitu dengan cara penyiraman tanaman, penyiangan gulma, pemupupuk,
dan penunasan. Hal ini bertujuan agar batang bawah yang dihasilkan bermutu dan
dapat tumbuh dengan baik. Setelah batang bawah siap untuk diokulasi, kemudian
bibit diokulasi.
Keunggulan dari pembibitan langsung polibag ini yaitu lahan bibitan yang
digunakan relatif lebih sedikit dan perakaran bibit karet relatif sedikit
terganggu karena tidak perlu dilakkukan pembongkaran bibit untuk memperoleh
stump mata tidur. Dengan demikian pertumbuhan bibit polybag setelah serong (pemotongan
batang agar mata okulasi tumbuh) akan akan lebih cepat serta mengurangi resiko
terinfeksi jamur akar putih (JAP).
Kelemahan pembibitan langsung polybag yaitu pertumbuhan batang bawah
relatif terhambat karena medium perakaran terbatas dan jarak polybag yang
rapat. Akibatnya pertumbuhan lilit batag juga lambat untuk siap diokulasi. Pelaksanaan
okulasi relatif lebih sulit karena penyusunan polybag yang rapat. Jarak polybag
yang rapat juga dapat meningkatkan keterjadian serangan penyakit karena kondisi
yang lembab, pada umumnya patogen lebih sering berada pada tempat yang
kelebabannya relatif tinggi.
Pembibitan karet okulasi langsung di polybag masih memerlukan
pengembangan untuk meningkatkan keberhasilan pembibitan. Polybag yang diisi
dengan tanah disusun di blok pembbitan dalam barisan 2 polybag dengan jarak
antar barisan 80 cm. Jarak antar barisan polybag perlu ditingkatkan agar teknis
okulasi lebih mudah dan intensitas cahaya matahari yang masih dapat ditammbah
sehingga mempercepat pertumbuhan lilit batang serta kelembaban dapat dikurangi.
Kelembaban dan suhu udara yang tinggi di tengah pembibitan dapat meningkatkan
serangan jamur pada daun dan infeksi jamur pada okulasi (Balai Penelitian
Sembawa 2010).
3.1 Okulasi
Okulasi adalah kegiatan mata tunas batang atas dari suatu klon unggul
yang ditempelkan pada bibit batang bawah asal biji. Dengan cara ini maka akan
diperoleh bibit klonal dengan sifat uunggul yang sama dengan induknya. Karena
okulasi termasuk kedalam perbanyakan secara vegetatif yatu perbanyakan secara
aseksual. Sehingga terjadi pembelahan sel secara mitosis, pembelahan sel secara
mitosis hanya terjadi pada sel somatis (Semua sel selain sel kelamin)
(Anonim, 2014).
Sifat untuk batang bawah yang harus dimiliki yaitu perakaran kuat dan
tahan terhadap serangan penyakit. Contoh klon yang dianjurkn untuk batang bawah
yaitu, Klon GT 1, Avros 2037, LBC 1320, PR 228, PR 300, BPM 24, RRIC 100..
Sedangkan untuk tanaman batang atas sifat yang harus dimiliki yaitu produksinya
tinggi dan tahan penyakit. Klon anjuran untuk batang atas yaitu, BPM 24, BPM
107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260 (Balai Penelitian Sembawa, 2010).
Ada 3 jenis mata entres yaitu mata prima, mata sisik dan mata burung.
Mata prima yaitu mata tunas yang tubuh di atas bekas rontoknya tangkai daun
yang bukan daun payung. Mata sisik yaitu mata tunas yang tumbuhnya di atas
bekas rontoknya tangkai daun payung. Sedangkan mata burung adalah mata tunas
yyang tumbuh tidak terlalu menonjol dan tidak di atas bekas rontoknya tangkai
daun. Untuk mata tunas yang paling baik untuk digunakan dalam pelaksanaan
okulasi yaitu mata prima, karena diantara semua mata entres mata primalah yang
memiliki persentase keberhasilan paling besar.
Okulasi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk memperoleh
bibit unggul pada usaha perkebunan karet. Juvenilitas antara batang atas dan
batang bawah harus sama. Juvenilitas batang atas dipertahankan dengan terus
dilakukan peangkasan pohon entres dekat permukaan tanah agar dihasilkan tunas
tunas juvenil dan tunas dipanen sebagai suber ata entres sebelum mmenjadi
dewasa. Tunas juvenil dicirikan oleh pertumbuhan yang lurus dan belum
memmbentuk cabang. Ketika dewasa tunas ini akan bercabang dan berbunga. Cabang
entres dipanen sekitar 1tahun (Balai Penelitian Sembawa, 2010).
Perbedaan umur antara batang bawah dan batang atas tidak boleh terlalu
jauh. Batang bawah berasal dari biji sehingga sifat juvenil yang kuat dimiliki
yaitu tumbuh lurus, meruncing, belu menghasilkan cabang. Semakin dekat dengan
leher akar, juvenilitas semakin kuat. Okulasi pada batang bawah dilakukan dekat
dengan permukaan tanah agar pertumbuhan tunas okulasi kuat dan mengikuti
karakter juvenilitas batang bawah. Diharapkan mata tunas okulasi tumbuh lurus, bidang
sadap mulus, dan bercabang pada ketinggian 2,5 m – 3 m.
Okulasi janga dilakukan ketika batang bawah sedang dalam pertumbuhan
payung muda. Ketika pertumbuhan payung batang bawah sedang dorman adalah saat
yang tepat dilakukan okulasi dan saat yang terbaik adalah ketika daun payung
sudah berkembang penuh dan berwarna hijau. Saat payung dorman, kulit lebih
mudah dibuka, dan fotosintat tersedia agar pertumbuhan kalus okulasi dapat
terdorong sehingga keberhasilan okulasi akan tinggi. Pemupukan batang bawah
dihentikan satu bulan sebelu okulasi. Berdasarkan umur batang bawah dan batang
atas, okulasi debedakan menjadi 3 yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi
coklat. Ketiga cara okulasi tersebut tingkat keberhasilannya relatif sama.
Keberhasilan okulasi lebih ditentukan oleh keadaan pertumbuhan batang
bawah dan batang atas, keterampilan okulator dan keadaan lingkungan saat
okulasi. Saat yang tepat untuk pelaksanaan okulasi yaitu pada akhir musim
kemarau atau awal penghujan. Pelaksanaan okulasi dilakukan pada pegi atau sore
hari. Karena apabila dilakukan pada siang hari mata entres dan kulit okulasi
akan mudah mengering (Balai Penelitian Sembawa, 2010).
3.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakuakan agar tercipta kondisi tanaman menjadi
lebih baik, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan
dengan baik. Berikut ini adalah beberapa langkah dalam pemeliharaan tanaman
yang baik.
3.3.1 Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual atau dengan herbisida.
Penyiangan gulma secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau
koret. Gulma di sekitar tanaman dibersihkan agar tidak terjadi persaingan dalam
proses pertumbuhan.
3.3.2 Penyiraman
Penyiraman dilakukan jika tidak ada hujan. Terutama sampai tanaman
berumur 2 bulan setelah tanam. Pernyiraman dilakukan agar kabutuhan air yang
akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman tercukupi. Biasanya penyiraman juga
dilakukan setelah tanaman dipupuk. Tujuannya agar pupuk terlarut dan dapat
diserap oleh tanaman.
3.3.3 Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang bagus. Pupuk
NPK (16:16:16) diberikan dengan dosis 10 g/pohon pada umur 1-3 bulan dan 20
g/pohon umur 4 bulan keatas.
3.3.4 Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian
dapat dilakukan secara manual atau secara kimia menggunakan pestisida.
3.3.4 Pewiwilan
Pewiwilan adalah kegiatan membuang semua tunas (tunas palsu) yang tumbuh
bukan pada mata entres yang ditempelkan saat okulasi. Pewiwilan dapat dilakukan
1 bulan sekali (Balai Penelitian Sebawa, 2010) .
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu.
1. Pembibitan karet dapat dilakukan dengan cara
pembibitan langsung polybag (PLP) dan pembibitan lapangan.
2. Pengokulasian dilakukan dengan cara
menempelkan mata tunas batang atas dari suatu klon unggul pada bibit batang
bawah asal biji.
3. Bibit tanaman karet yang baik dapat dihasilkan
dari tanaman karet hasil okulasi. Namun perawatan juga perlu untuk meningkatkan
mutu tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014.
Karet. http://id.wikipedia.org/wiki/karet. Diakses pada 18-12-
2014.
Anwar,
C. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya
Karet. Pusat penelitian Karet: Medan.
Balit
Sembawa. 2010. Sapta Bina Usaha Tani Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa : Sumsel.
Damanik S, M. Syakir,
Made Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan: Bogor.
LAMPIRAN